17 Desember, 2014

I Will Keep You, Mamah

Dear Mamah,

Kalau kemarin dan hari ini, aku banyak salah, maafkan  anakmu ini Mah. Terlalu banyak dosa yang kuperbuat, hingga ku tak tahu engkau sedih. Kadang aku ingin menjadi anak yang dimengerti. Aku ingin mamah selalu ada di sampingku. Baik senang mau pun susah. Tidak peduli musim atau pun dream. Dipikiranku, mamah selalu ada untukku. Bahkan mamah selalu sabar mengahadapi anak seperti ini. Aku memang tidak banyak bicara terkadang aku sering tidak memperhatikan seseorang berbicara. Aku sering berhalusinasi dengan hati dan pikiranku ketika setiap waktu tapi, aku talk-active ketika sesuatu itu yang ku suka dan over talk-active ketika sesuatu itu tidak ku suka. Dan mamah selalu saja sabar mengahadapiku.



Aku mungkin terlahir dengan sangat dekat kasih sayang mamah. Kerasnya kehidupan pun, kasih sayang itu selalu menyiramiku dari sang mamah. Betapa beruntungnya aku, kala itu.

Mungkin aku baru menyadari, hidup ini memang keras. Hidup yang penuh pengorbanan. Bagiku, hidup bukanlah suatu sandiwara. Jika ada seseorang yang mengatakan : Hidup adalah sandiwara, manusia sebagai pemainnya. Aku pikir jika hidup dilayakkan sandiwara. Kasian sekali nasib mereka. Hidup itu sekali seumur hidup, manfaatkan hidup ini. Manfaatkan dengan pengabdian. Jangan bersandiwara. Bersandiwara akan menyesakkan. Entah mengapa aku tidak suka hal itu. Jika ada yang ingin disampaikan atau ada hal yang salah, tolong beritahu. Jangan seolah bersandiwara. Mungkin dari kecil, aku selalu cerita sama mamah, terutama yang mengganjal di hati dan pikiranku. Tidak kubiarkan terus menerus larut dalam hidupku. Dan ketika aku salah, aku tidak akan segan-segan bersembunyi. Karena mamah mengajarkanku untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf.

Tapi, seiring beranjaknya waktu. Hidup bagaikan rolling-coaster, permainan anak-anak. Mamah sakit, aku tidak tahu harus menyandarkan serpihan hidup ini ke siapa lagi. Tidak mungkin aku meminta mamah untuk mendengarkan ceritaku ini. Tidak mungkin aku meminta mamah untuk ada di sampingku di saat-saat ini sementara mamah sakit. Aku sadar, aku harus dewasa. Belajar untuk berdiri. Adakalanya aku harus menyampaikan pesan hati dan pikiranku ke semesta. Aku harus lebih memperhatikan dan menjaga mamah. Sekarang aku harus mampu memposisikan diriku, di mana mamah sangat membutuhkanku. Aku harus mampu mendengarkan curahan mamah dan lebih fokus ke mamah. Yang mana di waktu kecil, aku lah sang anak yang menangis jika mamah tidak ada di rumah.  Mamah segalanya bagiku.  Ku harap, aku mampu menjadi anak yang diharapkan dan menjadi anak yang berbakti. Semoga mamah tidak kecewa apa yang kulakukan selama ini. Sebisa mungkin, jangan ada keringat yang membasahi kulitmu mah. Karena I will keep you, Mamah.

Yours,
Indi

***

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...